gambar dari teras medan.com |
Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Terkait
dengan pengertian kurikulum, sebenarnya tidak banyak atau bahkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pendidikan Islam dan pendidikan non-Islam, perbedaan antara sekolah umum dan madrasah seperti .
Al-Syaibani, seperti dikutip oleh Ahmad Tafsir, menyebutkan bahwa
kurikulum
ialah jalan terang yang ditempuh oleh pendidik dan anak didik untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap anak didik tersebut (Tafsir,
2008: 64).
Dari
ungkapan Al-Syaibani tersebut dapat disimpulkan bahwa baik dalam pendidikan
Islam atau pun pendidikan non-Islam, esensi kurikulum adalah sama. Hal tersebut
terlihat dari komponen-komponen kurikulum yang tersirat di dalam masing-masing
definisi. Komponen-komponen itu, seperti juga disebutkan Ahmad Tafsir adalah tujuan
pendidikan, isi atau matapelajaran, metode atau proses dalam kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi (Tafsir, 2008: 54), dan oleh Nana Syaodih
Sukmadinata ditambah dengan penyempurnaan pengajaran (Sukmadinata, 2001: 112).
Oleh karena itu, hal terpenting yang harus dilakukan oleh para pakar dan
pemerhati pendidikan Islam saat ini adalah usaha pengembangan kurikulum
pendidikan Islam.
a. landasan pengembangan kurikulum pendidikan islam
Pada
dasarnya landasan ini adalah landasan pengembangan kurikulum secara umum baik
pendidikan Islam atau pun pendidikan non-Islam. Landasa-landasan tersebut
adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan
perkembangan ilmu dan teknologi (Sukmadinata, 2008: 38-58), dan ditambah
landasan atau asas organisatoris (Nasution, 1990: 21)
Jadi,
secara garis besar dalam hal landasan pengembangan juga tidak terdapat
perbedaan signifikan antara kurikulum pendidikan Islam dan pendidikan
non-Islam. Hanya saja karena pendidikan Islam titik sentralnya adalah tujuan
dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk mengarahkan manusia supaya menjadi khalifah
(mandataris) Allah di bumi dan sebagai abdullah (hamba Allah), maka
paling tidak kurikulum pendidikan Islam harus harus memiliki beberapa ciri
berikut:
- Menonjolkan matapelajaran agama dan akhlak sesuai tuntunan al-Quran, al-Hadis.
- Memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, jasmani, akal, dan rohani.
- Memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia, dan akhirat, jasmani, akal, rohani.
- Memperhatikan seni halus, juga pendidikan jasmani, bahasa asing berdasarkan bakat, minat, dan keperluan.
- Mempertimbangkan perbedaan kebudayaan (Tafsir, 2008: 65).
Dari
hasil penelaahan terhadap ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum
pendidikan Islam, seperti ditawarkan al-Abrasyi seperti dikutip Ahmad Tafsir,
harus memiliki prinsip-prinsip berikut:
(1) Ada mata pelajaran yang ditujukan untuk
mendidik rohani atau hati.
(2) Ada pelajaran yang berisi tuntunan cara
hidup, yaitu fikih dan akhlak.
(3) Mata pelajaran harus mengandung
kelezatan ilmiah.
(4) Pelajaran bermanfaat secara praktis bagi
kehidupan.
(5) Matapelajaran berguna untuk mempelajari
ilmu lain (Tafsir, 2008: 67).
b. pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan islam
Pendekatan
dalam pengembangan kurikulum, tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam,
sangat dipengaruhi oleh world view dan paradigma berpikir seseorang yang
mencoba mengembangkan kurukulum tersebut. Sehingga dengan leluasa seseorang
tersebut akan menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda yang dirasakan
olehnya sesuai untuk mengembangkan sebuah kurikulum. Sehingga secara “radikal”
sebenarnya pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum baru atau
hanya sekedar penyempurnaan terhadap kurikulum yang sudah ada.
Meskipun
demikian, ada beberapa model konsep kurikulum yang bisa dijadikan sebagai model
pendekatan dalam pengembangan kurikulum secara umum. Dalam hal ini kita bisa
melihat keterangan Nana Syaodih Sukmadinata (Sukmadinata, 2001: 81-100) yang
secara ringkas adalah sebagai berikut:
(1) Kurikulum subjek akademis
Model konsep kurikulum
ini adalah yang tertua. Ia bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih
mengutamakan pada isi pendidikan. Belajar dianggap sebagai usaha untuk
menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Model ini mempunyai beberapa ciri berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum ini
adalah memberikan pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan
ide-ide dan proses penelitian. Sedangkan metode yang paling banyak dipakai di
dalam model ini adalah metode ekspositori dan inkuiri.
(2) Kurikulum humanistik
Kurikulum ini
memberikan tempat utama pada siswa, penganut kurikulum ini percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Mereka berpegang
pada konsep Gestalt. Beberapa aliran yang mengikuti kurikulum ini adalah aliran
Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme Modern. Kurikulum ini mempunyai beberapa
karakter berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut
para pengikut kurikulum ini berfungsi sebagai penyedia pengalaman, dan tujuan
pendidikan adalah perkembangan pribadi yang dinamis. Di dalam kurikulum ini
peran mengajar bukan hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid.
(3) Kurikulum rekonstruksi sosial
Kurikulum ini
memusatkan objeknya pada problema-problema yang dihadapinya di dalam
masyarakat. Di dalam kurikulum ini pendidikan dianggap bukan upanya sendiri,
melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Pandangan tentang
rekonstuksi sosial dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an yang
dipelopori oleh Harold Rug. Kurikulum model ini banyak dilaksanakan di
daerah-daerah dengan tingkat ekonomi rendah. Sesuai dengan potensi yang ada di
dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan
biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
(4) Kurikulum teknologis
Aliran ini agak sama
dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum dan diarahkan untuk
penguasaan kompetensi. Ia menekankan pada pengunana alat-alat teknologis untuk
menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan.
Judul: Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Muh Wildan
Anda sedang membaca artikel Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam. Jika ingin mengutip, harap mencatat sumber asli URL https://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/10/definisi-dan-komponen-kurikulum.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini jika anda berkenan tolong menjadi bagian dari blog ini dengan join this site atau bergabung dalam lingkaran google+.
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Muh Wildan
Anda sedang membaca artikel Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam. Jika ingin mengutip, harap mencatat sumber asli URL https://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/10/definisi-dan-komponen-kurikulum.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini jika anda berkenan tolong menjadi bagian dari blog ini dengan join this site atau bergabung dalam lingkaran google+.
No comments:
Post a Comment