Sunday, October 6, 2013

Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam


gambar dari teras medan.com

Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Terkait dengan pengertian kurikulum, sebenarnya tidak banyak atau bahkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendidikan Islam dan pendidikan non-Islam, perbedaan antara sekolah umum dan madrasah seperti . Al-Syaibani, seperti dikutip oleh Ahmad Tafsir, menyebutkan bahwa
kurikulum ialah jalan terang yang ditempuh oleh pendidik dan anak didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap anak didik tersebut (Tafsir, 2008: 64).
Dari ungkapan Al-Syaibani tersebut dapat disimpulkan bahwa baik dalam pendidikan Islam atau pun pendidikan non-Islam, esensi kurikulum adalah sama. Hal tersebut terlihat dari komponen-komponen kurikulum yang tersirat di dalam masing-masing definisi. Komponen-komponen itu, seperti juga disebutkan Ahmad Tafsir adalah tujuan pendidikan, isi atau matapelajaran, metode atau proses dalam kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi (Tafsir, 2008: 54), dan oleh Nana Syaodih Sukmadinata ditambah dengan penyempurnaan pengajaran (Sukmadinata, 2001: 112). Oleh karena itu, hal terpenting yang harus dilakukan oleh para pakar dan pemerhati pendidikan Islam saat ini adalah usaha pengembangan kurikulum pendidikan Islam.

a. landasan pengembangan kurikulum pendidikan islam

Pada dasarnya landasan ini adalah landasan pengembangan kurikulum secara umum baik pendidikan Islam atau pun pendidikan non-Islam. Landasa-landasan tersebut adalah landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan perkembangan ilmu dan teknologi (Sukmadinata, 2008: 38-58), dan ditambah landasan atau asas organisatoris (Nasution, 1990: 21)
Jadi, secara garis besar dalam hal landasan pengembangan juga tidak terdapat perbedaan signifikan antara kurikulum pendidikan Islam dan pendidikan non-Islam. Hanya saja karena pendidikan Islam titik sentralnya adalah tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk mengarahkan manusia supaya menjadi khalifah (mandataris) Allah di bumi dan sebagai abdullah (hamba Allah), maka paling tidak kurikulum pendidikan Islam harus harus memiliki beberapa ciri berikut:
  1. Menonjolkan matapelajaran agama dan akhlak sesuai tuntunan al-Quran, al-Hadis.
  2. Memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, jasmani, akal, dan rohani.
  3. Memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia, dan akhirat, jasmani, akal, rohani.
  4. Memperhatikan seni halus, juga pendidikan jasmani, bahasa asing berdasarkan bakat, minat, dan keperluan.
  5. Mempertimbangkan perbedaan kebudayaan (Tafsir, 2008: 65).

Dari hasil penelaahan terhadap ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam, seperti ditawarkan al-Abrasyi seperti dikutip Ahmad Tafsir, harus memiliki prinsip-prinsip berikut:
(1)   Ada mata pelajaran yang ditujukan untuk mendidik rohani atau hati.
(2)   Ada pelajaran yang berisi tuntunan cara hidup, yaitu  fikih dan akhlak.
(3)   Mata pelajaran harus mengandung kelezatan ilmiah.
(4)   Pelajaran bermanfaat secara praktis bagi kehidupan.
(5)   Matapelajaran berguna untuk mempelajari ilmu lain (Tafsir, 2008: 67).

b. pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan islam

Pendekatan dalam pengembangan kurikulum, tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam, sangat dipengaruhi oleh world view dan paradigma berpikir seseorang yang mencoba mengembangkan kurukulum tersebut. Sehingga dengan leluasa seseorang tersebut akan menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda yang dirasakan olehnya sesuai untuk mengembangkan sebuah kurikulum. Sehingga secara “radikal” sebenarnya pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum baru atau hanya sekedar penyempurnaan terhadap kurikulum yang sudah ada.
Meskipun demikian, ada beberapa model konsep kurikulum yang bisa dijadikan sebagai model pendekatan dalam pengembangan kurikulum secara umum. Dalam hal ini kita bisa melihat keterangan Nana Syaodih Sukmadinata (Sukmadinata, 2001: 81-100) yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
(1)   Kurikulum subjek akademis
Model konsep kurikulum ini adalah yang tertua. Ia bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan pada isi pendidikan. Belajar dianggap sebagai usaha untuk menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Model ini mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum ini adalah memberikan pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Sedangkan metode yang paling banyak dipakai di dalam model ini adalah metode ekspositori dan inkuiri.
(2)   Kurikulum humanistik
Kurikulum ini memberikan tempat utama pada siswa, penganut kurikulum ini percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Mereka berpegang pada konsep Gestalt. Beberapa aliran yang mengikuti kurikulum ini adalah aliran Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme Modern. Kurikulum ini mempunyai beberapa karakter berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pengikut kurikulum ini berfungsi sebagai penyedia pengalaman, dan tujuan pendidikan adalah perkembangan pribadi yang dinamis. Di dalam kurikulum ini peran mengajar bukan hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid.

(3)   Kurikulum rekonstruksi sosial
Kurikulum ini memusatkan objeknya pada problema-problema yang dihadapinya di dalam masyarakat. Di dalam kurikulum ini pendidikan dianggap bukan upanya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Pandangan tentang rekonstuksi sosial dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an yang dipelopori oleh Harold Rug. Kurikulum model ini banyak dilaksanakan di daerah-daerah dengan tingkat ekonomi rendah. Sesuai dengan potensi yang ada di dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
(4)   Kurikulum teknologis
     Aliran ini agak sama dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum dan diarahkan untuk penguasaan kompetensi. Ia menekankan pada pengunana alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan.
Judul: Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Muh Wildan
Anda sedang membaca artikel Definisi dan Komponen Kurikulum Pendidikan Islam. Jika ingin mengutip, harap mencatat sumber asli URL http://gurupembelajaran.blogspot.com/2013/10/definisi-dan-komponen-kurikulum.html. Terima kasih sudah singgah di blog ini jika anda berkenan tolong menjadi bagian dari blog ini dengan join this site atau bergabung dalam lingkaran google+.

No comments:

Post a Comment